Sunday, September 27, 2015

Pantai 3 Warna dengan background Pantai Sendang Biru
Ternyata Malang tidak hanya terkenal dengan hawa sejuknya dan bangunan peninggalan colonial Belanda yang cantik dan anggun. Malang juga memiliki jajaran pantai yang luar biasa indah. Memang agak jauh dari pusat kota, tetapi perjalanan Anda akan terbayar dengan kepuasan menikmati keindahan panorama pantai.
Saya ingin berbagi cerita tentang kunjungan saya ke 8 pantai di daerah Malang Selatan. Awalnya hanya berniat ke pantai TIGA WARNA untuk snorkeling, ternyata dalam perjalanan menuju pantai itu saya dapat menikmati tujuh pantai lainnya yang bersih dan cantik. Tujuh pantai itu adalah Pantai Gatra, Pantai Clungup, Teluk Asmoro, Pantai Bangsong, Pantai Savana, Pantai Mini, dan Pantai Batu Pecah. Delapan pantai tersebut termasuk pantai yang berada di kawasan hutan lindung dan konservasi mangrove dan terumbu karang.

PANTAI TIGA WARNA
Untuk sampai di Pantai Tiga Warna, pertama-tama kita harus melewati perkampungan penduduk dan memarkir mobil kita di area parkir. Lalu menggunakan jasa ojek untuk sampai pada Pos Pemeriksaan Barang dan Reservasi. Pos inilah yang memperbolehkan kita masuk atau tidak ke Pantai Tiga Warna. Mungkin di Indonesia hanya ada di Malang Pos seperti ini. Hal ini dilakukan karena Pantai Tiga warna adalah kawasan rehabilitasi dan konservasi Terumbu Karang dan mangrove yang harus dijaga kebersihan dan kelestariannya. Hanya boleh ada 100 pengunjung tiap harinya. Oleh karenanya, sangat disarankan untuk melakukan reservasi dulu di nomor 082132677713 atau 081233339889. Di Pos ini, kita diberi pengarahan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada di kawasan pantai, serta barang-barang kita didata dan kita diberi checklist barang-barang bawaan kita untuk diperiksa ulang saat akan meninggalkan kawasan pantai. Tujuan pendataan barang ini adalah agar kita pulang membawa sampah-sampah kita. Pengecekan ini sesuai dengan bunyi peraturan yang ke-delapan yang dipasang di pintu masuk yaitu “Barang yang dibawa masuk harus dibawa keluar, jika barang yang masuk tidak sesuai dengan barang yang dibawa keluar, akan dikenakan sanksi sebesar Rp 100.000/item limbah/barang yang hilang dari daftar checklist barang”. Bagus bukan usaha penduduk untuk melestarikan lingkungan pantai di sini?!? Selain itu kita tidak boleh melakukan perjalanan sendiri menuju Pantai Tiga Warna. Guide lokal yang telah terlatih disediakan di pos ini dengan membayar 100 ribu saja. Jika guide masih sibuk mengantar wisatawan, kita diminta menunggu di Pantai Gatra dulu dan nanti akan ditelpon oleh pos apabila guide telah siap menjemput di Pantai Gatra. Guide yang disediakan juga memberikan contoh kepada wisatawan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Guide ini akan memungut sampah yang ditemui di sepanjang perjalanan, dan membawa kembali putung rokoknya dalam sebuah kaleng plastic yang menyerupai tas yang diselempangkan di pundaknya.
Perjalanan menuju Pantai Tiga Warna ini bisa melalui 2 cara yaitu dengan jalan pintas yaitu kita berjalan naik turun bukit dan melewati tegalan selama 30 menit dan langsung menuju Pantai Tiga Warna atau menyusuri deretan pantai yang disebutkan di atas plus hiking naik turun bukit. Perjalanan susur pantai memakan waktu lebih lama, sekitar 2.5 jam. Pantai Tiga Warna ini bersebelahan dengan Pantai Sendang Biru yang dilalui kapal-kapal nelayan dan Pulau Sempu yang lebih duu terkenal.
Kalau ingin snorkeling di Pantai tiga Warna sebaiknya membawa kaki katak sendiri karena persewaan alat snorkeling disana hanya menyewakan kacamata, pipa udara dan jaket pelampung. Ongkos sewanya pun murah hanya 15ribu rupiah saja untuk dua jam. Meski tak seindah Lombok dan Bunaken terumbu karangnya, lumayan menyenangkan melihat ikan warna-warni berenang riang di bawah kita. Untuk yang belum pernah snorkeling sebaiknya mengajak teman yang sudah berpengalaman karena guide tidak menemani kita snorkeling. Selain snorkeling, kita juga bisa menikmati semilir angin atau berjemur sambil melihat lalu lalang perahu nelayan di Pantai Sendang Biru. Di pantai ini juga ada warung kecil yang menjual air minum, snack dan mie instant.

PANTAI GATRA, CLUNGUP, TELUK ASMORO, BANGSONG, SAVANA, MINI, DAN BATU PECAH
Pantai Gatra
Jarak Pantai Gatra dari Pos Reservasi dan Check Barang kira-kira 1,5 km melewati kebun singkong, pisang, kelapa dan hutan mangrove. Di Pantai Gatra ini, wisatawan dapat berkemah. Pantai Gatra memiliki pasir putih dan air yang jernih. Disini juga tersedia kamar mandi, toilet. Di pantai ini pula tempat kita menunggu guide lokal yang akan mengantar kita ke Pantai Tiga Warna. Ada Meeting point yang ditandai dengan palang kayu yang bertuliskan “My Trip My Adventure”
Teluk Asmoro
Kalau kita berjalan ke arah kanan menyusuri pantai kita akan tiba di Pantai Clungup yang lautnya lebih tenang dan pasirnya lebih lembut. Jika terus melangkahkan kaki menyusuri pantai kita akan sampai di Teluk Asmoro dan yang paling ujung adalah Pantai Bangsong. Teluk Asmoro dan Pantai Bangsong adalah tempat penyu-penyu kawin dan bertelur. Pada bulan April sampai Juli Pantai Bangsong dan Teluk Asmoro ditutup agar tidak mengganggu penyu-penyu yang kawin dan bertelur. Di Pantai Bangsong terdapat karang besar yang menyerupai gua. Kita bisa duduk melepas lelah dan berlindung dari sengatan matahari sambil memandang pantai. Di ketiga pantai ini kita juga dapat melihat deretan mangrove yang sengaja dilestarikan.
Kalau kita menyusuri pantai disebelah kiri Pantai Gatra maka kita akan sampai ke Pantai Savana. Diberi nama pantai savanna karena ada savanna yang menghadap pantai ini. Setelah itu kita menaiki bukit, hiking beberapa saat untuk sampai di Pantai Mini. Disini ada spot foto yang indah dengan latar pantai selatan yang tiada henti mengirimkan deburan ombaknya dan pulau-pulau karang di tengah laut. Ada Pulau Nyonya, Pulau Bagong dan 2 pulau lainnya yang saya lupa namanya. Pemandangan dari spot foto ini sepintas mengingatkan kita pada foto2 Raja Ampat.
Perjalanan dilanjutkan kembali dengan naik turun bukit lagi… Para guide dan penjaga pantai disini sudah menyiapkan tali tambang di jalan-jalan yang terjal dan rawan yang memudahkan perjalanan kita. Sampailah kita di Pantai Batu Pecah. Pantai ini diberi nama Batu Pecah karena ada batu besar yang retak lumayan panjang karena peristiwa alam.

Pantai Mini dengan Raja Ampatnya

PAntai Savana


Kalau Anda pecinta alam dan fotografi, perjalanan menyusuri delapan pantai ini menjadi pengalaman yang mengesankan dan tidak terlupakan. Banyak sekali objek menarik yang dapat kamera Anda abadikan. Tunggu apa lagi, segera rencanakan liburan Anda untuk menikmati pesona pantai-pantai di Malang ini. 

Tuesday, September 15, 2015

Siapa yang belum mengenal Bromo? Bagi mereka yang belum pernah mengunjungi kawasan wisata Gunung Bromo, segera agendakan perjalanan ke sana. Keindahannya membuat Anda ketagihan untuk datang, datang dan datang lagi. Setidaknya itulah yang terjadi pada saya dan teman-teman saya. Meskipun telah mengelilingi dunia, mereka akan kembali untuk menikmati indahnya matahari terbit di Penanjakan, menyeberangi savanna dan padang pasir yang dikelilingi bukit dan gunung yang menakjubkan sebelum menaiki anak tangga untuk mencapai kawah gunung Bromo.

Keindahan dan keagungan yang dihadirkan Bromo memang luar biasa. Bagi penggemar fotografi dan videografi, Kawasan Bromo tidak akan pernah habis menghadirkan inspirasi untuk menghasilkan foto-foto yang Wow!

Kita bisa lewat Malang untuk pergi ke Bromo. Perjalanan dari Malang ke Bromo hanya 2,5 jam. Biasanya para pelancong berangkat dari Malang tengah malam (jam 24.00) dan sampai pintu masuk untuk berganti Jeep jam 2.30 pagi. Untuk sewa jeep ini harga bervariasi dari 450 – 650 ribu rupiah tergantung berapa lokasi yang akan kita tuju di kawasan wisata Bromo ini. Jika semua tempat (Penanjakan, Savana, Pasir Berbisik, Pura dan Kawah) akan kita datangi maka harga sewanya 650ribu. Setelah mendapatkan Jeep, kita  melanjutkan perjalanan menuju Penanjakan untuk menantikan datangnya matahari terbit jam 3.00 pagi. Karena udara gunung yang sangat dingin, sebaiknya kita (khususnya yang berasal dari daerah yang panas) menyiapkan diri dengan memakai baju berlapis, baju hangat yang tebal, sarung tangan dan kaos kaki tebal, sepatu, syal, topi dan masker agar tidak kaku kedinginan. Sambil menunggu matahari yang terbit antara pukul 5 – 5.30 pagi, jagung bakar, mie dan bakso panas, serta minuman panas lainnya dapat menghangatkan tubuh kita. Jangan lupa membawa persediaan baterai kamera, karena udara yang sangat dingin dapat membuat baterai kamera cepat habis. Perlu dicatat juga, matahari terbit yang ditunggu tidak selalu menampakkan wajahnya… kunjungan saya yang terakhir kurang beruntung. Matahari sepertinya enggan menampakkan dirinya, dia hanya mengirimkan semburat warna yang syahdu coklat orange kuning keemasan di tengah kabut yang masih begelayut. Meski demikian, suasana Penanjakan di pagi itu tetap menawan dengan latar Gunung Bromo, Batok dan Semeru di kejauhan. Kabut dan awan yang berarak di sela-sela gunung itu seperti sungai yang mengalir tenang.


Sunrise dilihat dari Penanjakan, Senin 7/9/15 jam 5:29 pagi

Dari Penanjakan, perjalanan dilanjutkan menuju Savana. Masih belum beruntung rupanya saya, karena kabut masih menutupi pandangan mata saya. Sambil menunggu kabut menghilang, bakso yang panas menemani saya menghabiskan waktu di Savana. Ternyata kemarau panjang membuat sebagian besar flora di savanna ini menjadi kering dan berwarna coklat. Berbeda dengan kunjungan pertama saya tujuh tahun lalu dimana savanna ini hijau dan banyak bunga liar yang bermekaran membuat hati yang melihatnya senang.

Pasir Berbisik

Tujuan berikutnya adalah Pasir Berbisik - Lautan pasir hitam yang sangat lembut dikelilingi gunung dan bukit di bawah langit biru yang cerah. Sungguh cantik pemandangan di padang pasir ini. Pasir-pasir yang diterbangkan oleh angin dan jeep yang melintas memberikan keindahan lain. Saya sempatkan yoga 15 menit sambil menikmati hangatnya sinar mentari. Lumayan menghangatkan tubuh saya yang sejak jam 3 pagi kedinginan. Setelah puas foto-foto di padang pasir ini, saya melanjutkan perjalanan ke Kawah Bromo.

kawah bromo
Kuda yang siap mengantar ke anak tangga Kawah Bromo
Setelah Jeep parkir di area kaki gunung yang dekat dengan kawah, beberapa orang menawarkan jasa kuda untuk mengantarkan sampai di anak tangga. Dengan 100 ribu, kuda akan mengantar dari parkiran mobil ke anak tangga menuju kawah dan sebaliknya. Perjalanan dari parkiran menuju anak tangga yang merupakan akses ke kawah melewati sebuah Pura yang bernama Pura Ponten. 
Pura Ponten (foto diambil dari anak tangga menuju Kawah Bromo)

Di Pura inilah upacara Kasodo dilakukan setiap tanggal 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa. Setelah dari Pura upacara dilanjutkan di Puncak Gunung Bromo, gunung berapi aktif yang memiliki ketinggian 2,329 meter di atas permukaan laut dan masih dianggap suci oleh penduduk asli (Suku Tengger) di sekitarnya. 

Ada sekitar 250 anak tangga yang harus didaki untuk mencapai puncak Gunung Bromo. Tetap gunakan masker dan topi ya… masker cukup membantu mengatasi bau belerang yang menyengat dan debu yang beterbangan karena angin.


Puas mengamati aktivitas kawah dan melihat pemandangan dari puncak Gunung Bromo, saya turun kembali ke kuda yang sudah menunggu untuk mengantarkan saya kembali ke parkiran jeep. Dan jeep ini mengantar saya kembali ke meeting point awal dimana mobil yang membawa saya dari Malang diparkir. Jam 10.15 kami kembali ke Malang lewat Pakis yang ternyata memakan waktu lebih singkat.

Ratusan anak tangga yang harus didaki meuju kawah Bromo

Ayo tunggu apalagi… dapatkan pengalaman yang tak terlupakan di Bromo yang menawan :)