Siapa
yang belum mengenal Bromo? Bagi mereka yang belum pernah mengunjungi kawasan
wisata Gunung Bromo, segera agendakan perjalanan ke sana. Keindahannya membuat
Anda ketagihan untuk datang, datang dan datang lagi. Setidaknya itulah yang
terjadi pada saya dan teman-teman saya. Meskipun telah mengelilingi dunia,
mereka akan kembali untuk menikmati indahnya matahari terbit di Penanjakan,
menyeberangi savanna dan padang pasir yang dikelilingi bukit dan gunung yang
menakjubkan sebelum menaiki anak tangga untuk mencapai kawah gunung Bromo.
Keindahan
dan keagungan yang dihadirkan Bromo memang luar biasa. Bagi penggemar fotografi
dan videografi, Kawasan Bromo tidak akan pernah habis menghadirkan inspirasi
untuk menghasilkan foto-foto yang Wow!
Kita
bisa lewat Malang untuk pergi ke Bromo. Perjalanan dari Malang ke Bromo hanya
2,5 jam. Biasanya para pelancong berangkat dari Malang tengah malam (jam 24.00)
dan sampai pintu masuk untuk berganti Jeep jam 2.30 pagi. Untuk sewa jeep ini
harga bervariasi dari 450 – 650 ribu rupiah tergantung berapa lokasi yang akan
kita tuju di kawasan wisata Bromo ini. Jika semua tempat (Penanjakan, Savana,
Pasir Berbisik, Pura dan Kawah) akan kita datangi maka harga sewanya 650ribu. Setelah
mendapatkan Jeep, kita melanjutkan
perjalanan menuju Penanjakan untuk menantikan datangnya matahari terbit jam
3.00 pagi. Karena udara gunung yang sangat dingin, sebaiknya kita (khususnya
yang berasal dari daerah yang panas) menyiapkan diri dengan memakai baju
berlapis, baju hangat yang tebal, sarung tangan dan kaos kaki tebal, sepatu,
syal, topi dan masker agar tidak kaku kedinginan. Sambil menunggu matahari yang
terbit antara pukul 5 – 5.30 pagi, jagung bakar, mie dan bakso panas, serta
minuman panas lainnya dapat menghangatkan tubuh kita. Jangan lupa membawa
persediaan baterai kamera, karena udara yang sangat dingin dapat membuat
baterai kamera cepat habis. Perlu dicatat juga, matahari terbit yang ditunggu
tidak selalu menampakkan wajahnya… kunjungan saya yang terakhir kurang
beruntung. Matahari sepertinya enggan menampakkan dirinya, dia hanya
mengirimkan semburat warna yang syahdu coklat orange kuning keemasan di tengah
kabut yang masih begelayut. Meski demikian, suasana Penanjakan di pagi itu
tetap menawan dengan latar Gunung Bromo, Batok dan Semeru di kejauhan. Kabut
dan awan yang berarak di sela-sela gunung itu seperti sungai yang mengalir
tenang.
Sunrise dilihat dari Penanjakan, Senin 7/9/15 jam 5:29 pagi |
Dari
Penanjakan, perjalanan dilanjutkan menuju Savana. Masih belum beruntung rupanya
saya, karena kabut masih menutupi pandangan mata saya. Sambil menunggu kabut
menghilang, bakso yang panas menemani saya menghabiskan waktu di Savana.
Ternyata kemarau panjang membuat sebagian besar flora di savanna ini menjadi
kering dan berwarna coklat. Berbeda dengan kunjungan pertama saya tujuh tahun
lalu dimana savanna ini hijau dan banyak bunga liar yang bermekaran membuat
hati yang melihatnya senang.
Pasir Berbisik |
Tujuan
berikutnya adalah Pasir Berbisik - Lautan pasir hitam yang sangat lembut
dikelilingi gunung dan bukit di bawah langit biru yang cerah. Sungguh cantik
pemandangan di padang pasir ini. Pasir-pasir yang diterbangkan oleh angin dan
jeep yang melintas memberikan keindahan lain. Saya sempatkan yoga 15 menit
sambil menikmati hangatnya sinar mentari. Lumayan menghangatkan tubuh saya yang
sejak jam 3 pagi kedinginan. Setelah puas foto-foto di padang pasir ini, saya
melanjutkan perjalanan ke Kawah Bromo.
kawah bromo |
Kuda yang siap mengantar ke anak tangga Kawah Bromo |
Setelah
Jeep parkir di area kaki gunung yang dekat dengan kawah, beberapa orang
menawarkan jasa kuda untuk mengantarkan sampai di anak tangga. Dengan 100 ribu,
kuda akan mengantar dari parkiran mobil ke anak tangga menuju kawah dan sebaliknya.
Perjalanan dari parkiran menuju anak tangga yang merupakan akses ke kawah
melewati sebuah Pura yang bernama Pura Ponten.
Pura Ponten (foto diambil dari anak tangga menuju Kawah Bromo) |
Di Pura inilah upacara Kasodo
dilakukan setiap tanggal 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan
Jawa. Setelah dari Pura upacara dilanjutkan di Puncak Gunung Bromo, gunung berapi
aktif yang memiliki ketinggian 2,329 meter di atas permukaan laut dan masih
dianggap suci oleh penduduk asli (Suku Tengger) di sekitarnya.
Ada
sekitar 250 anak tangga yang harus didaki untuk mencapai puncak Gunung Bromo.
Tetap gunakan masker dan topi ya… masker cukup membantu mengatasi bau belerang
yang menyengat dan debu yang beterbangan karena angin.
Puas
mengamati aktivitas kawah dan melihat pemandangan dari puncak Gunung Bromo,
saya turun kembali ke kuda yang sudah menunggu untuk mengantarkan saya kembali
ke parkiran jeep. Dan jeep ini mengantar saya kembali ke meeting point awal
dimana mobil yang membawa saya dari Malang diparkir. Jam 10.15 kami kembali ke
Malang lewat Pakis yang ternyata memakan waktu lebih singkat.
Ratusan anak tangga yang harus didaki meuju kawah Bromo |
Ayo
tunggu apalagi… dapatkan pengalaman yang tak terlupakan di Bromo yang menawan :)
0 comments:
Post a Comment